Setelah tertunda 2 hari dan dengan terpaksa harus menerima hangusnya tiket pesawat, akhirnya pada tgl 2 Desember saya berangkat ke Kuala Lumpur untuk memulai petualangan pendek mengunjungi negara-negara tetangga (Asia Tenggara). Proses keberangkatan itu sendiri cukup kisruh karena memang sebelumnya kita sudah menjadwalkan tapi sekonyong-konyong pekerjaan menuntut kita untuk menunda, tentunya makin kisruh karena kebiasaan saya mengerjakan segala sesuatunya pada last minute.
Rekan petualangan kali ini adalah Boyan yang dengan baik hati membangun rencana termasuk jadwal dan mengatur seluruh prosesnya dengan rapi termasuk urusan dana (saya tidak perlu nabung :p). Base yang kita pilih adalah Kuala Lumpur, selain karena Air Asia berpusat di sana juga karena ada seorang teman baik yang tinggal di sana di mana kami juga merencanakan untuk menghabiskan banyak waktu bersamanya. Tapi rencana ini berubah karena penundaan keberangkatan dan sesuatu hal yang membuat mood saya berubah drastis. Kami hanya tinggal satu malam di Kuala Lumpur dan langsung menlanjutkan perjalanan ke Haad Yai (Hat Yai), Thailand.
Sesuai dengan rencana, kami lebih banyak menggunakan fasilitas transportasi darat agar lebih banyak bisa menikmati perjalanan dan berinteraksi dengan warga lokal. Perjalanan ke KL – Hat Yai kami tempuh menggunakan bis yang relatif nyaman (meskipun Boyan merasa sebaliknya) selama 11 jam. Berhenti makan sekali di dekat perbatasan Malaysia – Thailand, kami juga menemukan warung Indonesia (muslim) di sana.
Tiba di Hat Yai pada pagi hari, kami memutuskan untuk langsung pesan tiket bis ke Bangkok pada sore harinya. Seharian kami habiskan untuk berjalan-jalan di kota tersebut sambil mampir sedikit ke warnet dan makan siang. Kota ini sebenarnya cukup menarik untuk disinggahi. Andaikata kita mengalokasikan lebih banyak waktu, saya pasti akan bermalam dan menghabiskan lebih banyak waktu di kota ini. Keunikan kota ini antara lain desbabkan terjadinya pembauran beberapa budaya sekaligus, yaitu budaya Muslim, Buddha dan tradisional Thailand. Tapi yang paling berkesan buat saya adalah berkeliarannya angkutan umum yang dipanggil dengan istilah Tuk-Tuk. Armada ini bukan seperti rickshaw atau Tuk-Tuk di tempat lain karena Tuk-Tuk yang ini rata-rata menggunakan mobil tahun 70-an dengan berbagai merk, kalau di Indonesia mereka terkenal dengan istilah Trungtung.. Hebatnya armada ini adalah hampir semuanya terawat baik, jadi tidak menghasilkan polusi gila-gilaan (padahal kendaraan tua) dan cantik (antik) karena bersih-bersih semua.
Kami berangkat ke Bangkok sekitar jam 3 siang, menggunakan bis yang ternyata biasa-biasa saja setelah sebelumnya kami berharap mendapat bis yang bagus. Ga jelek banget, ada AC tapi agak bau dan disetel video lagu-lagu Thailand yang susah untuk kami nikmati. Sepanjang jalan kami melihat banyak sekali poster dan baliho yang banyak menampilkan gambar Raja. Akhirnya kami paham, ternyata poster-poster tersebut ada dalam rangka memperingati ulang tahun raja Thailand.
bersambung…
note: sebenarnya tulisan ini dibuat pada bln Maret tgl 7, jauh setelah jalan-jalan akhir tahun itu sendiri.. Saya sepertinya juga sudah banyak lupa, termasuk gaya penulisan saya sendiri. :p