Lucunya para pengamat politik, politisi, pakar ekonomi dan para pakar-pakar sosial lain di Indonesia sekarang, selalu menjadikan referensi asing sebagai argumen dasar dari diskusi atau perdebatan mengenai apa yang baik untuk Indonesia tanpa mempelajari lebih dalam mengenai apa-apa tentang Indonesia itu sendiri. Seolah-olah pengetahuan mereka itu absolut keren dan benar hanya karena diperoleh dari sekolah-sekolah bergengsi di luar negeri atau buku-buku pujangga asing. Padahal tersirat dalam pribadi bangsaku, bahwa untuk memulai semuanya diperlukan kerendahan hati dengan percaya diri penuh.
Coba lihat gambaran ‘adil makmur sentosa’ dalam video “Kerennya Pribadi Bangsaku” oleh Komuniaksi. Perlukah kita mati-matian membahas liberalisme vs komunisme, atau sosialismenya eropa vs sosialismenya chavez? Perlukah kita meyakini bahwa bila bank-bank besar Indonesia kolaps, rakyat Indonesia akan kesulitan makan? Silakan disimak, Pancasila sebagai manual bangsa..